The American plotted a drama for the whole world to watch. I pity those who dont understand the reality behind these fictional stories made up by the bloody liars.
At first, they staged the WTC collapse. Until this very moment, nobody really knows who was the mastermind behind the terorrist attack.
And then they created the character of 'Osama'. This man named Osama might be true and alife before as we do, but the character itself is made up just for the sake of the saga.
And then afterwards, they directed the blame and stigma on bearded men and hijabi women (read: Muslims). They then use this to justify the invasion of Iraq and Afghanistan. Although thousands have been killed and ousted, but the WMD is still nowhere to be found.
And then came the recent event that shook the world to some extend - Osama was killed. They assasinated their 'Osama' character. Does this mean that this is the end of the story? Has the game ended?
Not quite, yet. They now has created the impression the ideology still persists. The bearded and hijabi people continued to be stimatised and target of oppression. And all this, on top of the 'illness' amidst the Muslims (disunity, laziness, weak faith) , continue to weaken the ummah.
And i'm not saying that they arent any terrorist attacks committed by any man whose religion coincidentally is Muslim, but why must be related to a religion in any way? I still remember a news in 2008 - about a father who imprisoned his daughter and fathered a hidden incestuous family with her for an astonishingly 24 years - and naturally nobody put the blame on his religion, or his nationality. His hedious crime was his own personal fault and the same argument goes with all these terror crime. So why do we act unanturally when that person came out as a Muslim.
We Muslims comdemn vehemently all the terror crime, killings and unjustified wars, including the blatant agression by the US leadership.
And at the end of the day, it is the Israelis who is the real terrorist,and nobody seems to give a damn care about it.
Saturday, May 7
Selamat hari Ibu
Tahun berganti tahun, maka hari ibu datang lagi pada tahun ini. Saya teringat dalam satu terbitan Komik 'Kawan' pada 1990-an, muka depannya memberikan penghargaan kepada ibu yang bergelar guru kerana bulan ini merupakan dwi-sambutan kepada mereka - termasuk hari Guru yang disambut pada 16 Mei.
Ibu saya bukan seorang guru, namu ibu saya ialah guru saya.
Kadang-kadang saya terfikir bahawa Allah menciptakan semua manusia seorang ibu sebagai tanda Allah mahu menunjukkan kewujudan-Nya. Apabila memikirkan kasih sayang dan pengorbanan ibu kita, terasa kerdil sangat pembalasan yang boleh kita buat. Ibu sebagai jalan nak mengenal Allah. Kalau kasih sayang ibu magnitudnya ialah satu, bayangkan betapa besar kasih sayang sang Pemberi Kasih Sayang? Ibu kita penyayang, Allah Maha Penyayang.
Saya terkenang kesungguhan ibu saya datang melawat saya di Labu, dan kemudian keluar bersama-sama ke Kuala Lumpur, terutamanya di sekitar Jalan Tunku Abdul Rahman. Ibu saya membelikan buku dan makanan untuk dibawa pulang ke asrama. Salah satunya masih saya ingat lagi ialah kamus bahasa Arab, kerana kecintaan saya yang tinggi untuk mempelajari bahasa Arab. Buku itu masih lagi saya simpan.
Banyak kenangan semasa berada di Labu selama lima tahun, dan ibu (dan ayah) saya memwarnai episod espisod penting di dalamnya.
Pastinya lebih banyak kenangan-kenangan lalu, yang ibu saya pastinya lebih tahu.
Banyak salah silap telah lakukan pada masa lalu, semoga mama saya memaafkan saya, agar Allah juga dapat memaafkan saya. Seperti yang saya selalu beritahu kepada adik-adik saya - ''everyday is a Mother's Day to me''
Selamat Hari Ibu Mama.
Ibu saya bukan seorang guru, namu ibu saya ialah guru saya.
Kadang-kadang saya terfikir bahawa Allah menciptakan semua manusia seorang ibu sebagai tanda Allah mahu menunjukkan kewujudan-Nya. Apabila memikirkan kasih sayang dan pengorbanan ibu kita, terasa kerdil sangat pembalasan yang boleh kita buat. Ibu sebagai jalan nak mengenal Allah. Kalau kasih sayang ibu magnitudnya ialah satu, bayangkan betapa besar kasih sayang sang Pemberi Kasih Sayang? Ibu kita penyayang, Allah Maha Penyayang.
Saya terkenang kesungguhan ibu saya datang melawat saya di Labu, dan kemudian keluar bersama-sama ke Kuala Lumpur, terutamanya di sekitar Jalan Tunku Abdul Rahman. Ibu saya membelikan buku dan makanan untuk dibawa pulang ke asrama. Salah satunya masih saya ingat lagi ialah kamus bahasa Arab, kerana kecintaan saya yang tinggi untuk mempelajari bahasa Arab. Buku itu masih lagi saya simpan.
Banyak kenangan semasa berada di Labu selama lima tahun, dan ibu (dan ayah) saya memwarnai episod espisod penting di dalamnya.
Pastinya lebih banyak kenangan-kenangan lalu, yang ibu saya pastinya lebih tahu.
Banyak salah silap telah lakukan pada masa lalu, semoga mama saya memaafkan saya, agar Allah juga dapat memaafkan saya. Seperti yang saya selalu beritahu kepada adik-adik saya - ''everyday is a Mother's Day to me''
Selamat Hari Ibu Mama.
Subscribe to:
Posts (Atom)